Menuju Kesatuan Umat

1:53:00 AM



Kaum Muslim itu ibarat bangunan. Ia akan berdiri kokoh jika setiap bagian dari bangunan itu terbuat dari bahan yang kuat. Kumpulan bagian-bagian itulah yang akan membentuk jamaah.

Untuk itu, dua hal inilah kekuatan diri dan jamaah harus dikokohkan. Pertama, takwin asy syakhshiyah al-islamiyah (pembentukan kepribadian islam). Ciri-cirinya, selain beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, pribadi Muslim itu tidak memiliki keraguan dan siap berjihad dengan segala daya. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian mereka tidak ragu-ragu  dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka kepada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar," (QS al-Hujarat: 15).

Selain itu, kekuatan pribadi Muslim bisa dilihat juga dari ketakwaannya. Ia harus mempunyai ketakwaan yang sebenernya. Allah berfiran, "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam," (QS Ali Imran: 102).

Selanjutnya, kepribadian seorang Muslim dapat dilihat juga dari kehidupannya sehari-hari. Ia harus menjadikan seluruh desah napas kehidupannya beraroma Islam. Tak ada tingkah lakunya yang lepas dari nilai-nilai Islam. Syariat Islam menjadi pedomannya dalam mengarungi bahtera kehidupan ini. Ketika ia terjun kedunia bisnis, maka ia berdagang dengan sentuhan Islam. Saat terjun kedunia politik, ia tak melepaskan "jaket" keislamannya. Inilah makna  kaaffah (sempurna) sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu kedalam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaita. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu," (QS al-Baqarah: 208). Ia harus melakukan islamulhayah (islamisasi kehidupan).

Para individu yang telah menerapkan islam dalam segala aspek kehidupan inilah yang menjadi modal terbentuknya jamaah.

Kedua, takwin ruh al-jamaah (pembentukan semangat berjamaah). Allah berfirman, "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagaian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahamat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana," (QS at-Taubah: 71).

Untuk itu diperlukan langkah-langkah nyata agar kekuatan jamaah tersebut menjelma menjadi nyata. Menyimpulkan kekuatan jamaah harus diawali dengan kedekatan kita kepada Allah. Semakin erat pegangan kita kepada agama Allah, kekuatan jamaah akan semakin besar. Sebaliknya, semakin jauh kita dari nilai-nilai rabbaniyah, kian lemah juga kekuatan kita. Allah berfirman, "Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan jangalah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk," (QS Ali Imran: 103).

Langkah selanjutnya adalah tidak berpecah belah. Sebenarnya, rangkaian kewajiban kita kepada Allah yang dilaksanakan dengan baik akan turut mempererat ikatan jamaah kaum Muslimin. Makin tinggi tingkat ketaatan umat islam terhadap aturan Allah, makin erat pula ikatan jamaah mereka. Inilah yang menjelaskan mengapa kekuatan berjamaah ini begitu besar dimasa Rasullullah saw. Penyebabnya, mereka begitu dekat dengan Allah juga begitu tinggi tingkat ketaatan mereka kepada-Nya.

Allah berfirman, "Dengan kembali taubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serat dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-mecah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka," (QS ar-Ruum: 31-32).

Selanjutnya, ta'lif al-qulub (menyatukan hati). Allah berfirman, "Dangan jangan mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman) walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana," (QS al-Anfal: 63).

Meski jasad mereka berjauhan, tapi hati mereka tetap menyatu,. Jika hati telah menyatu, ia tak memerlukan seruan dan teriakan. Naluri kemanusiaannya akan langsung aktif, ketika ada saudaranya seiman ditimpa bencana, nuraninya segera memberi tahu. Hatinya tak bisa tenang. Ia akan berontak dan mencari upaya untuk memberikan bantuan secara fisik dan harta, tapi ia bisa berdoa.

Sebaliknya, mana kala hati tidak menyatu, meskipun jaraknya amat berdekatan boleh jadi bahkan menempel satu sama lain ia tetap tak bisa merasakan kesulitan saudaranya. Hatinya mati dan tidak sensitif terhadap penderitaan saudaranya.

Meskipun saudaranya itu berteriak, ia tetap tak merespon karena hatinya sudah mati dan tak bisa menyatu dengan hati saudaranya yang lain. Hanya hati yang hiduplah yang bisa menaut dengan hati saudaranya yng lain. Allah menjelaskan, "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat," (QS al-Hujurat: 10).

Terbnetuknya kekuatan jamaah merupakan modal utama penyelamatan umat. Yang harus dilakukan selanjutnya adalah selalu menyeru kepada kebaikan. Karenanya seorang mukmin tak cukup menjadi shalih, tetapi juga harus menjadi mushlih (menyebabkan orang lain shalih). Seluruh tindak tanduknya selalu beorientasi kepada kebaikan dan kemaslahatan untuk orang banyak, bukan diri sendiri. Segenap tindakannya harus bernafaskan kebaikan.

Sealin itu, melakukan amr makruf dan nahi munkar. Dua hal ini tak boleh dipisahkan. Mungkin banyak yang sanggup mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan dan memerintahkan pada yang makruf. Namun amat sedikit diantara mereka yang berani melakukan nahi munkar. Tindakan ini memerlukan keberanian sendiri. Padahal nahi munkar dengan amar makruf kedudukannya sama tak terpisahkan. Allah berfirman, "Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar. Mereklah orang-orang yang beruntung," (QS ali Imran: 103).

Jika takwin asy-syakshiyah dan ruh al-jamaah ini bisa dilaksanakan, kita bisa berharap kemenangan segera menjelang dalam waktu yang amat dekat. Keduanyapun harus diwujudkan secara bersamaan. Kepribadian Muslim yang baik takkan bisa berdiri lama jika tak dibanrengi dengan pembentukan semangat berjamaah. Ia takkan memiliki kekuatan untuk berdiri dan tak mempunyai kemampuan untuk bertahan.

Sebaliknya, semangat berjamaah takkan munkin terwujud manakala setiap kekuatan individu belum terbentuk. Kekuatan jamaah adalah kumpulan dari kekuatan individu. Keduanya mesti terwujud secara bersama-sama.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar