Berawal Dari Batu Bata

10:22:00 AM

Mengajak orang lain menjadi Muslim, itu penting.
Tapi menjadikannya sebagai Mukmin, itu perkara lain.

Pembentukan individu yang baik. Dari sinilah kita harus memulai. Semuanya diawali dari sini, dari setiap pribadi. Jamaah besar ini diawali dari pribadi-pribadi. Kerja dakwah tak seperti sulap yang bisa menjelma besar begitu saja. Ia sekali lagi diawali dari pribadi, kelompok, halaqah, lalu jamaah. Jamaah besar ini diawali dari khadijah, Abu Bakar ash Shiddiq dan Ali bin Abi Thalib. Merekalah pribadi-pribadi yang pertama kali menjadi pondasi bangunan dakwah.

Bentukan jamaah memerlukan waktu. Ia bukan saja seperti Sangkuriang yang bisa diselesaikan semalam, ia memerlukan tahapan. Dan tahapan pertama yang melandasi tangga panjang itu adalah pendekatan keimanan. Beriman! bukan menjadi Muslim.

Mengajak orang lain menjadi Muslim, itu penting. Tapi menjadikannya sebagai Mukmin, itu perkara lain. Negri kita dihuni oleh sebagian besar Muslim. Status mereka Muslim. Namun mengapa masih banyak koruptor, maling, penjahat dan perilaku tindakan kriminal lainnya? Jawabannya, mereka baru sebatas Muslim. Mereka belum beriman.

Karenannya, ketika Arab Badui datang kepada Rasullullah dan menyatakn bahwa mereka beriman, Allah menyangkal mereka belum beriman. Mereka baru menjadi Muslim. "Orang-orang Arab Badui itu berkata, "Kami telah beriman, "Katakanlah, "Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk, karena iman itu belum masuk kedalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS al-Hujarat: 14).

Menjadi Muslim mungkin bisa ditandai dengan pengakuan Lisan. Ketika seseorang telah menhucapkan syahadat, shalat, puasa, zakat atau bahkan haji, ia bisa dianggap telah menjadi Muslim. Namun ia belum tentu menjadi Mukmin. Keimanan seseorang tak cukup ditandai penglihatan kasat mata.

Diantara ciri seorang mukmin adalah keyakinannya yang tangguh dalam menjalankan Islam. Mereka tidak ragu untuk mengimani Allah dan Rasul-Nya. Mereka juga tidak ragu berjihad denga harta dan jiwa dijalan Allah. Allah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu, hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang beriman." (QS al-Hujarat: 15). Nah, keyakinan ini tak bisa dilihat dengan kasat mata dan pengakuan lisan semata.

Selain yakin, keimanan seseorang juga ditandai dengan keridhaannya menerima putusan Allah dan Rasul-Nya. Apapun yang telah ditetapkan oleh Allah, ia tidak mengeluh, ia tidak berkesah, ia tunduk, patuh dan menerima. Allah berfirman, "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjdikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudia mereka tidak tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menrimanya dengan sepenuhya." (QS an-Nisaa: 65).

Tak hanya tunduk dan menrima. Seorang Mukmin juga mesti mendengar dan taat. Taat berarti menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah. Apapun perintah itu, ia jalankan meskipun belum bisa memahami hikmahnya. Para sahabat Rasulullah, menjadi teladan utama kita dalam hal kepatuhan. Allah berfirman, "Sesunggunya jawaban orang-orang Mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, "Kami mendengar dan kami patuh. "Mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS an-Nuur: 51).

Namun demikian, ketaatan mesti ada panduannya. yaitu orang-orang yang mengunakan hujjah dan dalil yang nyata. Dalam Islam, sifat taklid buta harus dihindari. Allah berfirman, "Katakanlah, "inilah jalan(agama)-ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah denga hujjah yang nyata, Maha Suci Alah dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yusuf: 108).

Keimanan seseorang juga ditandai dengan tidak adanya niat dalam hatinya untuk mencoba mencari pilihan lain kecuali yang telah Allah tetapkan, ia tak pernah mencari ajaran selain Islam. Allah berfirman, "Dan tidaklah patut bagi laki-laki Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukminah, apa bila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tetang urusan mereka. Barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah ia telah tersesat. sesat yang nyata." (QS al-Ahzab: 36).

Kekuatan individu ibarat batu bata bagi sebuah bangunan. Ia harus kokoh kalau bangunan ingin kuat.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar